Jombang — Suasana haru dan kebanggaan menyelimuti halaman Pondok Pesantren As-Salafiyyah Asy-Syafi'iyyah Tambakberas Barat Jombang pada malam peringatan Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2025. Tak sekadar memperingati momentum perjuangan santri, acara tersebut juga menjadi Malam Kenangan — malam perpisahan bagi para santri yang baru saja menyelesaikan studi dan meraih gelar sarjana di Universitas KH. A. Wahab Hasbullah (UNWAHA).
Acara ini menjadi bukti eratnya hubungan antara dunia pesantren dan kampus. Para santri yang kini telah berstatus wisudawan kembali ke pangkuan pondok untuk melepas kenangan, berbagi cerita, dan memberi teladan bagi adik kelas mereka yang masih berjuang di bangku kuliah dan pesantren.
Malam Kenangan, Malam Penuh Makna
Malam itu, suasana pondok terasa berbeda. Lampu hias berkelip di pelataran, lantunan sholawat menggema, dan deretan wajah santri penuh haru. Kegiatan dibuka dengan pembacaan maulid, dilanjutkan sambutan dari pengasuh dan perwakilan wisudawan.
“Ini bukan perpisahan, tapi tonggak awal untuk mengabdi,” pesan salah satu ustadz pengasuh yang menegaskan bahwa nilai-nilai pesantren harus tetap menyala di mana pun para santri berkiprah.
Bagi para wisudawan seperti Zakiyuddin Al Afdholi, yang baru saja meraih predikat Wisudawan Terbaik Fakultas Agama Islam UNWAHA 2025, malam itu menjadi momen refleksi. “Pondok bukan sekadar tempat belajar, tapi tempat menempa adab, semangat, dan keikhlasan. Semua capaian kami berawal dari sini,” ungkapnya dengan mata berbinar.
Panggung Persembahan dan Rasa Syukur

Sebagai bentuk penghormatan dan kenangan, para santri menampilkan berbagai persembahan — mulai dari nasyid, pidato, hingga drama singkat bertema perjuangan santri. Setiap penampilan menggambarkan rasa syukur dan kebersamaan yang terjalin selama di pondok.
Salah satu penampilan paling mengharukan datang dari kelompok Nasyid oleh santri putri yang membawakan sholawat perpisahan. Penampilan tersebut diciptakan khusus untuk malam itu, menceritakan perjalanan santri dari awal mondok hingga akhirnya mengenakan toga wisuda.
Sorak tawa, isak tangis, dan tepuk tangan berpadu menjadi satu. Semua hadirin — ustadz, santri, hingga tamu undangan — larut dalam kehangatan suasana.
Pesantren dan Kampus: Dua Sayap Satu Tujuan
Kegiatan malam kenangan ini juga menegaskan bahwa santri dapat berprestasi tanpa meninggalkan nilai-nilai pesantren. Dari 16 wisudawan UNWAHA tahun ini yang berasal dari PP. As-Salafiyyah Asy-Syafi'iyyah, semuanya membuktikan bahwa kuliah sambil mondok bukan halangan, justru menjadi keunggulan.
“Pondok memberikan arah, kampus memberi ruang. Ketika keduanya bersatu, lahirlah insan akademik yang beradab dan berilmu,” ujar Dr. KH. Syafiuddin Shobirin M.Pdi selaku pengasuh pondok dalam sambutannya.
Menjaga Tradisi, Menyambung Barokah
Malam Kenangan PP. As-Salafiyyah Asy-Syafi'iyyah bukan sekadar acara perpisahan — melainkan bentuk ta’dzim, syukur, dan bukti nyata bahwa perjuangan santri tidak berhenti di bangku pesantren. Dari serambi pondok, mereka melangkah menuju masyarakat, membawa ilmu, adab, dan semangat juang khas santri yang tak lekang oleh waktu.
